EbPaidRev

Wednesday, 6 April 2016

BAB III Kualitatif Psikologi



BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Kualitatif


            Metode penelitian merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam suatu penelitian, karena metode penelitian akan menentukan nilai dan keakuratan serta dalam memperoleh kesimpulan dari hasil penelitian. Metode penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu kebenaran pengetahuan yang digunakan harus tepat.
Berdasarkan pendekatan dan jenis data yang digunakan, penelitian ini masuk dalam jenis penelitian kualitatif. Creswell (dalam Herdiansyah, 2011: 8) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apapun dari peneliti.
Menurut Moleong (dalam Herdiansyah, 2011: 9) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memeahami fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.
Sejalan dengan itu, Banister (dalam Herdiansyah, 2011: 9) menambahkan bahwa esensi dari fenomena biasanya tidak berada diatas permukaan, melainkan dibawah permukaan atau tersembunyi. Penelitian kualitatif dengan segala kehasannya mampu menguak tabir dan menangkap sesuatu yang dimaknai oleh individu, sehingga makna tersebut dapat dipahami dengan lebih mudah dan sederhana.
Di dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah fenomenologi, Herdiansyah (2011: 96) mengatakan dalam menyusun penelitian fenomenologi pertanyaan penelitian biasanya diawali dengan kata apa (what), walaupun (Why), dan bagaimana (How) penting untuk diajukan dalam rangka mencari alasan dan untuk mengetahui proses. Moustakas (dalam Herdiansyah, 2011: 96) menyatakan bahwa dalam model fenomenologi, pertanyaan inti tidak hanya berupa pertanyaan untuk mengetahui alasan dan proses saja, tetapi harus juga berorientasi pada isu yang diangkat.
B. Aspek-aspek yang Diteliti

            Motif adalah suatu yang ada pada manusia yang merupakan dorongan untuk menggerakan manusia berbuat sesuatu atau berperilaku untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam diri.
            Gambaran motif perilaku phreaking yang dimiliki oleh phreaker di Indonesia dapat diungkap berdasarkan jenis-jenis kebutuhan berdasarkan teori kebutuhan sebagai faktor yang mempengaruhi timbulnya motif.
            Jenis perilaku phreaking pada phreaker di Indonesia dapat diungkap berdasarkan jenis-jenis perilaku yaitu perilaku operan, perilaku yang dibentuk melalui proses belajar dan perilaku non-refleksif atau perilaku sadar yang merupakan proses psikologis.
C. Subyek Penelitian
           
            Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sampel didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketetapan dalam memilih sampel merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian yang baik. Sampel juga dipandang sebagai sampel teoritis dan tidak representatif (Sarwono, 2006: 260). Sedangkan sugiyono (Prastowo, 2011: 195) menerangkan bahwa dalam penelitian kualitatif, kita tidak menggunakan populasi seperti dalam penelitian kuantitatif, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi (bukan mengeneralisasi), tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang diselidiki. Moleong (Prastowo, 2011: 195) mengatakan bahwa sampel dalam penelitian ini juga bukan dinamakan responden, namun sebagai narasumber atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam penelitian. Secara lebih spesifik, penelitian adalah informan. Informan adalah “orang-dalam” pada latar penelitian. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tetntang situasi dan kondisi latar atau lokasi penelitian.
            Subjek penelitian ini lebih di fokus pada mendeskripsi mengenai gambaran tentang motif perilaku pada komunitas phreaking. Berdasarkan hal tersebut peneliti menentukan kriteria subjek penelitian adalah phreaker pada salah satu komunitas phreaking di Indonesia.
            Selain menetapkan subjek penelitian, peneliti juga akan menetapkan informan dari subjek penelitian tersebut. Informan subjek penelitian berfungsi untuk uji keabsahan data yang telah didapatkan dari subjek penelitian melalui metode pengumpulan data. Informan subjek yang akan diambil merupakan orang yang terkait dengan subjek, diantaranya dari keluarga, teman dekat subjek, dan orang-orang yang berkaitan dengan subjek penelitian yang mengetahui tentang subyek penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

            Metode pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian kualitatif ini adalah metode wawancara, metode observasi, dan menggunakan dokumentasi.
1.    Wawancara
Menurut Moleong (Herdiansyah, 2011: 118) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Sejalan dengan itu, Esterberg (dalam Sugiyono, 2009: 231) mengatakan bahwa wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Selanjutnya Gorden (Herdiansyah, 2011: 118) mendefinisikan bahwa wawancara merupakan percakapan antara dua orang yang salah satunya bertujuan mengali dan mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.
Bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak-berstruktur (unstructured interview) adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan. (Sugiyono 2009: 234).

2.    Observasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan dan mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju Banister (dalam Herdiansyah, 2011 :131). Hadi (dalam Sugiyono, 2009: 145) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Sedangkan Cartwright & Cartwright (dalam Herdiansyah, 2011 :131) mendefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.
Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tahapan observasi Spardley (dalam Sugiyono, 2009: 230)  yaitu: observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai objek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajahan umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar dan dirasakan. Semua data direkam, oleh karena itu hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata dan peneliti menghasilkan kesimpulan pertama. Tahap selanjutnya observasi terfokus pada tahap ini suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu, karena pada tahap ini peneliti melakukan analisa taksonomi sehingga menemukan fokus yang selanjutnya menghasilkan kesimpulan kedua. Tahapan terakhir peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik-karakteristik, kontars-kontras atau perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain.

3.    Dokumentasi
       Pohan (Prastowo, 2011: 226) mengatakan bahwa dokumen adalah cara pengumpulan informasi yang didapatkan dari dokumen, yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta, ijazah, rapor, peraturan perundang-undangan, catatan biografi, dan lain-lain yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan Herdiansyah (2011: 143) menyatakan bahwa dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.  Dokumetasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen pribadi berupa foto, video dan file-file pendukung penelitian. Sugiyono (Prastowo, 2011: 227) menjelaskan kegunaan teknik dokumentasi ini sebagai:
a.    Sebagai pelengkap dari penggunaan metode pengamatan dan wawancara
b.    Menjadikan hasil penelitian dari pengamatan atau wawancara lebih kredibel (dapat dipercaya) dengan dukungan sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
c.    Dokumen dapat digunakan sebagai sumber data penelitian.  Hal ini disebabkan dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.







E. Rancangan Penelitian

1.      Persiapan Peneliti
a.    Menyusun rancangan penelitian
b.    Memilih subjek dan tempat penelitian
c.    Mengurus perijinan
d.   Melihat dan mengamati lingkungan atau tempat sekitar yang akan diteliti
e.    Memilih dan memanfaatkan informan

2.      Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data pada masing-masing subjek dilakukan dengan melalui metode wawancara langsung antara interviewer dan interviewee yang dilakukan secara pribadi sehingga dapat mengumpulkan data yang dianggap rahasia dari sudut pandang interviewee.
Setelah melakukan wawancara terhadap subjek penelitian kemudian dilanjutkan wawancara dengan informan penelitian sebagai data dukung yang berasal dari keluarga, teman dekat subjek, atau orang-orang disekitar subjek yang mengetahui tentang kegiatan dan hal-hal yang berkaitan dengan gambaran motif phreaking pada phreaker.



F. Metode Analisis Data

            Pohan ( Prastowo, 2011: 237) mengatakan bahwa data kualitatif adalah semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung secara matematis karena berwujud keterangan verbal (kalimat dan kata). Selain itu, data kualitatif lebih bersifat proses. Beda halnya dengan kuantitatif yang bersifat hasil atau produk.
            Moleong (Prastowo, 2011: 238) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan megurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja.
            Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2004: 248) mengungkapkan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain
            Hendriansyah, (2011: 158) menyatakan bahwa inti dari analisis data, baik dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif adalah mengurai dan mengolah data mentah menjadi data yang dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih spesifik dan diakui dalam suatu perspektif ilmiah yang sama, sehingga hasil dari analisis data yang baik adalah data olah yang tepat dan dimaknai sama atau relatif sama dan tidak biasa atau menimbulkan perspektif yang berbeda-beda.
            Prastowo (2011: 238) menyebutkan langkah permulaan proses pengolahan data terdiri dari tiga tahapan, yaitu proses editing, proses klasifikasi, dan proses memberikan kode.
1.    Editing
Pada tahap ini kita melakukan pemeriksaan terhadap jawaban-jawaban informan, hasil observasi, dokumen-dokumen, memilih foto, dan catatan-catatan lainya. Tujuanya adalah untuk penghalusan data selanjutnya adalah perbaikan kalimat dan kata, memberi keterangan tambahan, membuang keterangan yang berulang-ulang atau tidak penting, menerjemahkan ungkapan setempat ke bahasa Indonesia, termasuk juga mentranskrip rekaman wawancara, adalah proses penghalusan.
2.    Klasifikasi
Pada tahap ini kita menggolong-golongkan jawaban dan data lainya menurut kelompok variabelnya, Selanjutnya, diklasifikasikan lagi menurut indikator tertentu seperti yang ditetapkan sebelumnya. Pengelompokan ini sama dengan menumpuk-numpuk data sehingga akan mendapat tempat di dalam kerangka (outline) laporan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3.    Memberi kode
Untuk tahap ini, kita melakukan pencatatan judul singkat (menurut indikator dan variabelnya), serta memberikan catatan tambahan yang dinilai perlu dan dibutuhkan. Sedangkan tujuanya agar memudahkan kita menemukan makna tertentu dari setiap tumpukan data serta mudah menepatkannya di dalam outline laporan.
G. Keabsahan Data
            Sugiyono (Prastowo, 2011: 265) menjelaskan bahwa ada empat bentuk uji keabsahan data yaitu: (a) uji kredibilitas data (validitas internal), (b) uji dependabilitas atau (realibilitas) data, (c) uji transferabilitas (validitas eksternal/generalisasi), (d) uji konfirmabilitas (obejektivitas). Namun, dari keempat bentuk itu, uji kredibilitas datalah yang utama. Untuk menguji kredibilitas data, dapat dilakukan dengan tujuh teknik yaitu perpanjangan pengamatan Sugiyono (prastowo, 2011: 266) menjelaskan alasan yang mendasari teknik ini dinilai mampu meningkatkan derajat kepercayaan data, pertama dengan perpanjangan pengamatan yang berarti kita kembali terjun ke lapangan, melakukan pengamatan dan wawancara lagi dengan sumber data yang kita temui maupun baru. Meningkatkan ketekunan Moleong (Prastowo, 2011: 268) menjelaskan melalui teknik ini pula dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang kita cari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Triangulasi Moleong (Prastowo, 2011: 269) menyatakan bahwa triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Diskusi dengan teman sejawat adalah teknik yang dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang kita dapatkan dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Member check adalah proses pengecekan data yang kita peroleh kepada pemberi data. Tujuanya, untuk mengetahui seberapa jauh data yang kita peroleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Analisis kasus negatif yaitu menjelaskan bahwa dapat meningkatkan derajat kredibilitas data karena melakukan analisis negative berarti kita mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Menggunakan bahan refrensi adalah adanya bahan pendukung untuk membuktikan data yang telah kita temukan. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia atau gambaran suatu keadaan perlu didukung dengan foto-foto. Semua alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif sangat dibutuhkan untuk mendukung kredibilitas data yang telah kita temukan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji kredibilitas menggunakan bahan refrensi yang didukung dengan hasil rekaman wawancara dan bukti foto-foto yang terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan mengenai gambaran motif phreaking pada phreaker.








H. Pertanyaan Penelitian

            Berdasarkan uraian dan teori mengenai motif perilaku phreaking pada phreaker, maka dapat diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.    Bagaimana gambaran mengenai motif perilaku phreaking pada phreaker ?
2.    Motif apa saja yang mendasari phreaker melakukan tindakan phreaking ?
3.    Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi munculnya motif perilaku phreaking pada phreaker ?

Contoh Laporan Praktikum Psikologi Eksperimen



PUZZLE
1.      Permasalahan
Dalam proses berpikir untuk memecahkan suatu masalah, seseorang akan berusaha menggunakan petunjuk-petunjuk (guide) yang ada sebagai pegangan untuk mempermudah pemecahan masalah yang dihadapi. Seberapa besar pengaruh penggunaan petunjuk tersebut pada proses berpikir individu dan waktu pemecahan masalah di bandingkan dengan tidak menggunakan petunjuk,merupakan  masalah yang akan dibahas.

2.      Hipotesis
  Jika ada 3 jenis puzzle  (tanpa guide, puzzle semi-guide, dan puzzle dengan guide), maka waktu pemecahan masalah  puzzle tanpa guide akan lebih lama dari puzzle dengan semi-guide, dan waktu pemecahan masalah puzzle dengan semi-guide akan lebih lama dari puzzle dengan guide.

3.      Variabel Independen
  Jenis Puzzle : (a) tanpa guide, (b) semi guide, (c) dengan guide

4.      Variabel Dependen
waktu pemecahan masalah yang diukur sejak subjek mulai mengerjakan sampai berhasil menyusun puzzle menjadi bentuk yang benar

5.      Bahan dan Peralatan
·         Puzzle tanpa guide, puzzle semi-guide, dan puzzle dengan guide
·         Stop watch
·         Formulir jawaban dan alat tulis

6.      Rancangan Eksperimen

K1
X1
Y




R
K2
X2
Y





K3
X3
Y





  K     : Subjek eksperimen
  X1   : Eksperimen 1 puzzle dengan guide
  X2   : Eksperimen 2 puzzle semi-guide
  X3   : Eksperimen 3 puzzle tanpa guide
  Y     : Observasi, waktu pemecahan masalah
7.      Prosedur Eksperimen

a)  Subjek duduk di tempat yang telah disediakan, berhadapan dengan eksperimenter.
b)   Eksperimenter melakukan pendekatan kepada subyek sehingga suasana tidak terasa kaku dan menegangkan.
c)   Eksperimenter membacakan petunjuk untuk mengerjakan tes puzzle dengan instruksi sebagai berikut, “Di hadapan Anda ada suatu pola tertentu yang sebentar lagi akan kami rusak. Tugas Anda adalah menyusun kembali pola yang telah rusak tersebut sehingga kembali ke bentuk semula. Perhatikan baik-baik kemudian kerjakanlah seteliti mungkin setelah ada tanda untuk memulai.


8.      Data untuk analisis statistik

DATA INDIVIDUAL  1

Subyek                  : Natya
Eksperimenter       : Nindya
Observer                : Evi dan M.Agus

Waktu (detik)
Error
A
B
C
A
B
C
1,766
510
157
30
2
1

Hasil Observasi     :

Pada saat subyek mengerjakan puzzle dengan tingkatan tanpa guide subyek terlihat kesulitan dan mengalami banyak kesalahan dalam pencocokan,subyek terlihat  bingung dan merasa sedikit ragu-ragu sehingga subyek tidak tenang dan sering merubah posisi duduk, kemudian pada tingkatan puzzle semi guide subyek mulai dapat mengerjakan dengan cepat meskipun masih ada beberapa kesalahan namun tidak sebanyak pada tahap tanpa guide, pada tahap akhir subyek mulai mengerjakan pencocokan puzzle dengan cepat dan sedikit lebih percaya diri .






DATA INDIVIDUAL  2

Subyek                  : Aqsol Amri
Eksperimenter       : Temon
Observer                : Lintar dan Budi

Waktu (detik)
Error
A
B
C
A
B
C
449
542
152
15
11
4

Hasil Observasi     :
pada tingkatan puzzle tanpa guide subyek mengalami beberapa kendala dalam pencocokan subyek mulai terlihat bingung  dan mengalami beberapa kesalahan (error). Pada tahap kedua yaitu puzzle semi guide subyek tanpa ragu memasangkan bagian-bagian puzzle dan sedikit percaya diri , namun subyek terlihat sedikt bermain-main sehingga waktu penggabungan puzzle semi guide lebih lama di bandingkan puzzle tanpa guide yang tingkatanya lebih sulit dan lebih lama, pada tahap akhir yaitu puzzle dengan guide, subyek terlihat percaya diri dalam menggabungkan bagian-bagian puzzle dengan tingkat kesalahan yg sangat sedikit di bandingkan tahap 1 & 2 dan dengan waktu yang cukup singkat.



















DATA INDIVIDUAL  3

Subyek                  : Anggi
Eksperimenter       : Awang
Observer                : Reena

Waktu (detik)
Error
A
B
C
A
B
C
947
536
157
33
19
5

Hasil Observasi     :
pada tahap puzzle tanpa guide subyek mengalami tingkat kesulitan yang sangat tinggi dalam penggabungan bagian-bagian puzzle, subyek terlihat cemas, gerogi, dengan tingkat error yang sangat banyak  dan penggunaan waktu yang cukup lama membuat subyek ingin menyerah pada tahap ini, pada tahap kedua yaitu puzzle semi guide subyek terlihat sedikit lebih tenang dalam penggabungan puzzle meskipun masih banyk melakukan kesalahan namun penggunaan waktu lebih sedikit di bandingkan tahap awal, pada tahap yang terakhir yaitu puzzle dengan guide subyek terlihat mulai percaya diri dalam penggabungan puzzle tingkat kesalahan berkurang lebih bnyk dan sangat cepat dalam penyelesaian puzzle.


Subyek
A
B
C
TOTAL
Xa
Xa2
Xb
Xb2
Xc
Xc2
Xt
Xt2
1
30
60
2
4
1
1
98
196
2
15
30
11
22
4
8
90
180
3
33
66
19
38
5
10
171
342


Keterangan            :
A   : Puzzle tanpa guide
B   : Puzzle semi guide
C   : Puzzle dengan guide
n    : 3
N   : Jumlah subyek (3)
K   : Jumlah Perlakuan (3)
X   : Jumlah error A (1,2,&3)
X   : Jumlah error B (1,2,&3)
X   :  Jumlah error C  (1,2,&3)


9.      Analisis Data

Melakukan Anava 1 jalur (ditindaklanjuti dengan t-test) untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara waktu pemecahan masalah puzzle dengan guide, puzzle semi- guide, dan puzzle tanpa guide.


10.  Kesimpulan

Perlakuan test pada  subyek dengan tingkatan puzzle yang berbeda berpengaruh pada hasil penyelesaian, pada tahap puzzle tanpa guide subyek cenderung mengalami kesulitan yang lebih tinggi dan menghabiskan waktu yang cukup lama sedangkan pada tahap semi guide subyek mulai merasa sedikit terbantu dan tingkat kesalahan sedikit berkurang begitu pula pada tingkat puzzle dengan guide subyek dapat menyelesaikan puzzle secara cepat dan tingkat kesalahan berkurang lebih banyak di banding tahap pertama dan kedua.





11.  Kegunaan dalam kehidupan sehari-hari

Untuk mengetahui sebrapa besar subyek dapat memecahkan suatu masalah dengan tingkatan/ tahapan yang berbeda-beda, untuk mengembangkan Kordinasi Mata dan Tangan, untuk mengembangkan kemampuan motorik  dan menambah kemampuan kogitif


12.  Kesan-kesan selama praktikum

Secara fisik dan lingkungan, suasana ruang praktek yang nyaman dan tidak terlalu sempit karena jumlah peserta yang sedikit menjadikan suasana tidak terlalu penuh dan juga candaan mahasiswa praktikum yang menjadikan suasana tidak menjadi tegang yang tidak membuat subyek canggung dalam melakukan praktikum

Secara psikologis, subyek terlihat sangat tenang meskipun terkadang sedikit bingung dikarenakan tidak pernah melakukan permainan puzzle ini sehingga mengalami sedikit kesusahan dalam membayangkan bentuk awal susunan puzzle,sehingga subyek terkadang merubah posisi duduk dan sering memegang kepala karena kebingungan dengan bentuk puzzle yang sudah di acak-acak.
PIN BOARD

1.Permasalahan
Ingin mempelajari reaksi seseorang yang dihadapkan pada tugas yang membutuhkan kecepatan dan kecekatan tangan.

2.Hipotesis
Jika seseorang diberi pin board dengan pola lubang tertentu, maka waktu reaksinya subyek untuk menyelesaikan tugas akan berbeda dengan waktu reaksi standart.

3.Variable Independen
Pola lubang-lubang pin board yang menjadi stimulus.

4.Variable Dependen
a)      Waktu reaksi (kecepatan) Subyek untuk menyelesaikan tugas
b)      Jumlah kesalahan yang dilakukan (kecekatan)

5.Bahan dan Peralatan
·   Pin Board Apparatus
·   Stopwatch
·   Addo check
·   Formulir pencatatan hasil dan alat tuils

6.Rancangan Eksperimeen
The one shoot care study

                           (X)                   (Y)

X            : perlakuan dengan pola lubang pin board tertentu
Y            : observasi berupa waktu reaksi dan jumlah kesalahan yang dilakukan










7.Prosedur Eksperimen
a)      Subyek duduk pada kursi yang telah disediakan, berhadapan dengan eksperimenter.
b)      Eksperimenter melakukan pendekatan kepada subyek sehingga suasana tidak terasa kaku dan menegangkan.
c)      Eksperimenter membacakan petunjuk untuk mengerjakan tes pin board dengan instruksi sebagai berikut :
“Dihadapan anda terdapat papan berlubang dengan stik-stik pendek yang ukurannya sesuai dengan lubang-lubang tersebut. Terdapat 10 lajur, dengan setiap lajurnya terdiri dari 10 lubang. Tugas anda adalah memasukan stik pendek tersebut ke dalam lubang. Bila anda mendengar suara ketukan, kami minta anda berhenti mengisi lubang pada lajur tertentu dan berpindah untuk memulai mengisi lubang pada lajur berikutnya.
d)     Waktu reaksi di tetapkan dengan cara menghitung jumlah stik yang terisi dalam masing-masing lanjur (N) dan mentransformasikannya ke waktu reaksi standart (yaitu, 10 detik) dengan formula (10/N)x 10 detik.
e)      Selama percobaan, jumlah stik yang jatuh pada setiap pengisian lubang pada jalur tertentu dicatat, dan perilaku subyek (gugup/tenang, tergesa-gesa/berhati-hati, ceroboh/teliti) pada saat mengerjakan tugas juga diobservasi dan di catat.



















8.Data untuk analisis statistic

            Subyek                                    : Evi
            Eksperimenter                         : Natya
            Observer                                  : M.Agus dan Nindya


DATA INDIVIDUAL   1

Lajur

Lubang yang terisi
Waktu reaksi (10/N)x 10 detik

Jumlah Kesalahan

Observasi
1
6
16,66
0
semangat
2
4
25
0
Semangat menurun
3
4
25
0
Ragu-ragu dengan urutan warna
4
6
16,66
0
bingung
5
6
16,66
0
Gerogi
6
5
20
0
Terlihat tenang
7
6
16,66
0
Terlihat tenang
8
6
16,66
0
stabil
9
5
20
0
Tertawa
10
8
12,5
0
Tanpa beban


Hasil Observasi  :
 pada saat pengisian lubang pada lajur-lajur yang kosong subyek merasa semangat pada saat memulai atau mengawali langkah untuk pengisian lajur pertama, setelah melakukan pengisian lubang pada beberapa lajur subyek mengalami penurunan kecepatan dan sedikit bingung , ragu-ragu akan urutan warna pada tiap-tiap lajur,kemudian peningkatan kecepatan dan konsentrasi terjadi pada lajur terakhir .




            Subyek                                    : Budi Cahyo
            Eksperimenter                         : Lintar
            Observer                                  : Temon dan Aqsol Amri


                                                            DATA INDIVIDUAL   2


Lajur

Lubang yang terisi
Waktu reaksi (10/N)x 10 detik

Jumlah Kesalahan

Observasi
1
9
11,1
0
Konsentrasi
2
7
14,2
0
Konsentrasi berkurang
3
7
14,2
0
Konsentrasi berkurang
4
6
16,66
0
Sedikit lelah
5
6
16,66
0
Sedikit lelah
6
6
16,66
0
Sedikit lelah
7
7
14,2
0
Konsentrasi kembali naik
8
6
16,66
0
Kecepatan menurun
9
7
14,2
0
Kecepatan sedikit naik
10
5
20
0
Kelelahan


Hasil Observasi  :
pada pengisian lajur pertama subyek terlihat percaya diri dan berkonsentrasi tinggi sehingga hampir semua lubang pada lajur pertama terisi,namun pada lajur-lajur berikutnya subyek terlihat sedikit lelah dan konsentrasi berkurang dan mengalami penurunan kecepatan, pada lajur ke 9 subyek memaksakan untuk meningkatkan kecepatan namun pada tingkat ke 10 subyek mengalami peurunan karna terlalu memaksakan kecepatan/ kelelahan.



            Subyek                                    : Awang
            Eksperimenter                         : Reena
            Observer                                  : Anggi

                                                            DATA INDIVIDUAL   3



Lajur

Lubang yang terisi
Waktu reaksi (10/N)x 10 detik

Jumlah Kesalahan

Observasi
1
9
11,1
0
Sangat cepat
2
7
14,2
1
grogi
3
9
11,1
1
Semangat dan cepat
4
7
14,2
0
Kecepatan menurun
5
10
10

0
Kecepatan kembali naik
6
7
14,2
0
Kecepatan menurun
7
8
12,5
0
Sedikit lelah
8
9
11,1
0
Konsentrasi meningkat
9
10
10
0
Tambah Cepat
10
7
14,2
0
Mulai sedikit lelah


Hasil Observasi           :
 pada tahap pengisian lajur pertama subyek terlihat sangat cepat dalam mengisi lubang-lubang , dan terlihat sangat berkonsentrasi, kemudian pada tahap lajur berikutnya subyek terlihat bingung (gerogi) dan melakukan kesalahan pada satu titik jalur, kemudian kecepatan meningkat kembali meskipun masih mengalami satu kesalahan lagi, sampai tahap lajur yang terakhir subyek terlihat sedikit lambat kemungkinan subyek sudah kelelahan.


DATA KELOMPOK

NO
Subyek
Mean Waktu Reaksi
Mean Jumlah Kesalahan
Waktu Reaksi Standart
1
Evi
18,585
0
10
2
Budi
17,185
0
10
3
Awang
12,295
2
10

9.Analisa Data
DATA INDIVIDUAL

a.       Subyek 1
Selisih Waktu = Waktu rata-rata – waktu standart
18,585-10  = 8,585
b.      Subyek 2
Selisih Waktu = Waktu rata-rata – waktu standart
17,185-10 =7.185
c.       Subyek 3
Selisih Waktu = Waktu rata-rata – waktu standart
12.295-10 = 2.295

Mean Waktu Reaksi = Selisih Waktu Individu
Jumlah Subyek
(8,585+7,185+2,295)
                               =( S1+S2+S3)
     3

(8,585+7,185+2,295)
              3
=9.355



Selisih waktu (kelompok) = waktu rata-rata –waktu standar
                                       = S1+S2+S3-10

18,585+17,185+12.295-10 = 38.065


10.  Kesimpulan

Dari masing-masing subyek dalam melakukan test pin board ini cenderung pada tahap lajur pertama terkesan sangat berkonsentrasi dan melakukan pengisian lubang pertama dengan cepat dan hampir terisi penuh tanpa ada kesalahan, namun seiring berjalan beberapa lajur beberapa subyek mulai lambat / kecepatan berkurang dan konsentrasipun menurun di karenakan subyek tergesah-gesah karna batas waktu yang cukup singkat dan subyek harus bias mengingat urutan lajur warna pada lajur berikutnya sehingga menyebabkan beberapa subyek mengalami kesalahan pada saat pengisian lubang.

11.  Kegunaan dalam kehidupan sehari-hari

Membantu meningkatkan tingkat konsentrasi dalam hal keepatan dan ketepatan, membantu subyek dalam penyelesaian masalah berhati-hati dan berkonsentrasi, dalam test pin board ini juga berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan seseorang dalam pekerjaan misalnya dapat kita liat dari lajur awal sampai akhir apakah subyek dapat mengerjakan dengan stabil atau pada awal pengerjaan yang terlihat banyak namun pada lajur akhir berisi sedikit karna subyek kelelahan.



12.  Kesan-kesan selama praktikum
Secara fisik dan lingkungan, suasana ruang praktek yang nyaman dan tidak terlalu sempit karena jumlah peserta yang sedikit menjadikan suasana tidak terlalu penuh dan juga candaan mahasiswa praktikum yang menjadikan suasana tidak menjadi tegang yang tidak membuat subyek canggung dalam melakukan praktikum
Secara psikologis, subyek merasa sedikit tertantang dan terlihat sangat berkonsentrasi dikarenakan pada test ini kecepatan dan ketepatan sangat di butuhkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal terkadang subyek merasa kelelahan dan melakukan kesalahan dalam pengisian lubang, terkadang subyek berhenti sejenak menghela nafas untuk dapat menambah kecepatan pada lajur berikutnya.



DAFTAR PUSTAKA



Ahmad Dahlan 2009. Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen.

Antaring Ayuning Arsi,dkk. 2010. Puzzle Sebagai Media Pembelajaran Inovatif.

Irwanto 2002. Psikologi Umum

Prof. Drs. Sutrisno hadi, MA. 2004. Statistik (jilid 1)